Libur telah tiba! Horeeee!
Ketika budak corporate nemu tanggal merah…
heuheu langsung cek tiket sana-sini, ajak teman main sana-sini. Oh iya kantorku
libur 7-10 Maret 2019, awalnya aku pengen ke Malang. Udah cek tiket segala
macem tuh. Cuma dapet saran dari temen yang udah pernah kesana katanya kalau 4 hari nanggung waktunya kurang
karena bakal abis dipakai perjalanan. Baik akhirnya aku mengurungkan niat untuk
ke Malang dan kepikiran untuk mendaki ke Papandayan. Waktu dan teman mendaki
udah ada tapi sekitar 2 mingguan sebelum hari H salah satu temanku ada yang
request untuk pindah tujuan mendaki, jadinya ke Gunung Guntur.
Perjalanan dimulai dari Bandung,
Kok Bandung? Hehe iyaa biar berangkatnya
bareng sama teman-teman yang di Bandung jadi aku ke Bandung dulu sekalian lepas
rindu sama Bandung wkwk. Aku ke Bandung tanggal 6 maret malam, main di Bandung
dulu 2 hari 7-8 Maret.
Oh iya ini pengalaman pertama kali ku mendaki
hehe.
Hasil penelusuran singkat sebelum memutuskan
berangkat, aku mendapati bahwa Gunung Guntur ini memiliki ciri khas yang cukup
unik dibandingkan gunung lainnya di Garut, yaitu mayoritas konturnya berpasir
dan berbatu serta hanya ditumbuhi rumput ilalang (sabana) yang cukup tinggi
bahkan sampai ke puncaknya. Sungguh memesona. Wajar jika beberapa orang menyebutnya
Semeru mini.
View dari Gunung Guntur |
Gunung yang terletak di Kampung Dukuh Desa Pananjung, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut ini merupakan gunung api yang masih aktif meskipun aktivitas vulkaniknya cenderung menurun hingga kini. Namun pada tahun 1800 an, gunung ini merupakan gunung berapi paling aktif di Kota Garut dan letusan terbesarnya terjadi pada tahun 1840. (Source : Google)
Ada beberapa yang menyebutkan bahwa Guntur
adalah Semeru-nya Kota Garut. Karena panoramanya sangat indah. Selain medan
gunung yang menantang, Guntur juga dilengkapi dengan lembah, air terjun,
sungai, panorama alam dan kawah.
Kawah Gunung Guntur |
Sabtu 9 Maret 2019 pagi hari sekali aku dan teman-temanku berangkat ke Garut naik bus dari Terminal Cicaheum dengan tarif 25ribu berangkat jam 05.15 dari Terminal Cicaheum, dan tiba di SPBU Tanjung jam 08.30 Sesampainya di SPBU Tanjung, aku ketemu sama Ao, Frida dan Mas Gani yang berangkat dari Jakarta.
Dari SPBU Tanjung, udah banyak kang
ojek (tarif 20ribu) dan kang kolbak nawarin transportasi. Akhirnya kami
memutuskan naik kolbak (Pickup) dengan tarif 225ribu per 12orang, kami langsung dianter
ke Basecamp Bu Tati. Sekitar jam 09.00 kami tiba di Basecamp Bu Tati, langsung
registrasi dan langsung memesan nasi goreng (FYI : Harga 10ribu) untuk sarapan.
Perjalanan menuju Basecamp |
FYI, Untuk menuju Gunung
Guntur, kami melewati jalur resmi via Citiis.
Pendakian Dimulai, Sabtu, 9 Maret 2019
Setelah selesai sarapan dan packing
ulang logistik, recheck barang bawaan
tepat jam 10 pagi kami start pendakian dari Basecamp Bu Tati.
Perlu diketahui, saat ini batas maksimal mendirikan tenda hanya sampai
pos 3, sudah tidak dianjurkan lagi camp di puncak karena sering badai petir
katanya.
Track pendakian |
Medan pendakian Gunung
Guntur dikenal berat karena tidak memiliki banyak pepohonan, sehingga terlihat
gundul dan tandus. Selain itu, gunung ini memiliki kemiringan yang curam dan
stabilitas tanah yang tergolong labil, sehingga rentan longsor. Oleh karena
itu, disarankan pendakian dilakukan pada
shubuh atau sore hari karena cuaca tidak terik.
Istirahat dulu, capek :( |
Dari basecamp di Kampung Citiis, kami
melanjutkan perjalanan menuju Pos 1 Pelaporan Curug Citiis melewati lokasi
bekas penambangan pasir Citiis. Melajulah hingga menemui pipa saluran air di
sisi jalan. Melewati hutan yang rindang dan ladang milik warga hingga kami menemukan Curug
Citiis. Curug ini
sering digunakan pendaki sebagai tempat istirahat sembari menikmati airnya yang
bersih dan dingin.
Pemandangan selama perjalanan dari Bascamp Bu
Tati sampe Pos 1 Pelaporan keren lah karena bisa dengan jelas ngeliat Gunung
Guntur, tetapi cukup panas karena terbuka. Singkatnya kami sampai pos 1
pemeriksaan sekitar 1 jam 15 menit perjalanan dan bayar simaksi sebesar
15ribu rupiah.
Track menuju Pos 2 (Masih Landai) |
Dari Pos 1 Pelaporan – Curug Citiis, medan menuju Pos 2 dan 3 akan
berubah menjadi menanjak tajam dengan kontur tanah pasir dan berbatuan hingga
sampai di Curug Citiis bagian atas. Setelah itu, kami dapat berjalan santai
melalui jalur landai dan melewati hutan rindang dan sabana dengan ilalang
berwarna kecokelatan. Jalur landai ini akan berakhir saat kami tiba di Pos 3.
Kami tiba di Pos 3 setelah menempuh perjalanan 1 Jam 45 menit.
Setibanya di pos
ini, kami diharuskan melapor diri ke pos penjaga untuk keamanan, sekaligus
pendataan ulang. Pos 3 adalah lahan berkemah bagi para pendaki.
Welcome!!! |
Oh iya, di Gunung Guntur ini dari awal pendakian sampe Puncak, bahkan
tempat campnya ada sinyaaalll :’) Bisa ngabarin emak bapak deh pokoknya, gausah
kabarin pacar karena ku gapunya pacar hahahah -_-
Lelah berubah menjadi rasa syukur saat
melihat panorama indah dari atas sini. Pemandangan Kota Garut yang indah, MasyaAllah..
Tempat Camp (Pos 3) |
Beberapa menit setelah sampai Pos 3, kami
dengan sigap bekerjasama membangun tenda dan ada yang prepare memasak untuk
rekan lainnya. Satu nilai plus lagi untuk hobi mendaki ini, bersosialisasi dan
kerjasama dengan yang lainnya tanpa pamrih. Ini yang bikin aku pribadi ketagihan mau mendaki lagi.
Malam tiba, terdengar di luar tenda riuh
tertawa bersorak pendaki-pendaki yang sudah membangun tendanya. Selepas sholat maghrib kami sibuk memasak
nasi beserta lauk-pauknya (yang instan aja wkwk) kami memasak kornet, sarden,
sosis goreng hehe lalu membaginya secara rata untuk 12 orang wkwkw nasi
terbatas kami makan seadanya dan rekan kami pun ada yang menyebutnya “nasi penjara” haha
karena gaada lagi ya terasa nikmat apalagi dimakan bareng-bareng sambil cerita
dan ngakak :D
Menikmati malam depan tenda ditemani coklat panas |
Setelah beres makan malam aku menikmati pemandangan kota Garut sangat cantik di malam hari dengan cahaya-cahaya lampunya yang menghias seperti bintang. kemilau bintang dari atas langit dan dari bawah dari cahaya lampu Kota Garut. Namun apa daya niat hati ingin menikmati malam diluar tenda lebih lama, karena badan terasa sangat lelah efek kurang tidur sebelumnya jadi tim cewek memutuskan untuk tidur cepat karena seruan dari tim cowok juga katanya kami akan bangun jam 3 pagi untuk start summit jadi manut dan pasrah aja. Padahal suasana malam depan tenda bercengkrama dengan teman-teman lah yang dinantikan semua pendaki.
Setelah kami
memutuskan untuk berada di dalam tenda, dingin malah semakin menggigit
karena sejak jam 2 siang kami mendirikan tenda hingga jam 8 malam hujan belum
reda, ditambah tenda tim cewek ini kena rembesan air hujan, alas basah semua
basah makin jadilah dinginnya tapi kami
memaksa tidur setelah beres-beres. Kami siap tidur berselimut sleeping bag
hangat di malam hari. Good night Garut!
Summit
attack, 10 Maret 2019 dini hari
Kami mulai melakukan summit ke
Puncak 1 sebelum shubuh tepatnya jam 03.30 agar bisa mengejar sunrise. Sunrise
aja ada yang ngejar, apakabar kalian gengs? Wkwkwk
Namun, medan yang
dilalui untuk mencapai puncak sangat berat. Jalur berpasir dengan kemiringan
tanah sekitar 45 derajat membuat langkah kaki terasa berat.
Source : Google (Karena gakepikiran ngefoto pas gelap dan habis muntah wkwk) |
Track sebelum sampai Puncak 1 |
Semakin menuju puncak semakin miring juga
jalannya, bahkan sampai hampir harus mencium tanah, karena sudah tidak bisa
dibedakan kembali mana tanah untuk dipijak mana tanah untuk berpegangan. Dengan
kondisi paha dan betis yang saling bergema di setiap langkahnya (nyut-nyutan).
Luas biasaaaa seruuu!
Sunrise, 10 Maret 2019 |
Akhirnya sunrise muncul dan kami belum sampai
puncak. Kami terpisah beberapa rombongan, ada yang sudah sampai puncak ada yang
masih dibelakang. Oh iya karena efek kedinginan semalam aku jadi masuk angin
dan ditengah perjalanan summit ke puncak 1 aku muntah, mual wkwk (memuntahkan
kenangan lah gapapa) beberapa temanku khawatir tapi setelah muntah itu aku
merasa lebih plong dan kuat lagi menjalani trakking dengan jalur yang luar
biasa.
Puncak 1 Edited lightroom (kebutuhan ig) |
Selain memiliki
jalur pendakian yang menantang, Gunung Guntur juga terkenal akan sabana cantik
yang bisa ditemui saat perjalanan mendekati puncak. Sabana ini terbilang unik
karena hanya ditumbuhi lalang yang wajib dijadikan sebagai latar belakang
berfoto.
Sabana Gunung Guntur |
Akhirnya kami bertemu teman-teman kami yang
sudah sampai duluan, Sesampainya
di puncak 1, kami nikmati dulu hangatnya mentari pagi dan gagahnya Gunung
Galunggung dan Cikuray dari kejauhan sambil kehausan karena keabisan minum L
wkwkw saran mah bawa air minum yang cukup guys soalnya di atas sana udah gaada
sumber mata air. Jangan kaya kelompok kami minta air sana-sini ke pendaki lain,
hm yang jadi tukang minta-minta airnya tentu aku dong yang urat malunya udah
agak putus… wkwk basabasi aja nanya darimana terus minta deh airnya :D “Aa
teteh boleh minta airnya? Kami keabisan *dengan muka memelas” abis dikasih
lanjut “penuh gapapa a?” aku gatau diri banget ya wkwkwk monmaap emang begini L
Perjalanan Menuju Puncak 2 |
Setelah puas menikmati dan berfoto di puncak 1 Guntur, kami berduabelas melanjutkan kembali ke puncak Guntur selanjutnya yaitu puncak 2. Perjalanan dari puncak 1 ke puncak 2 mirip-mirip kayak dari pos 3 menuju puncak 1. Meskipun treknya masih kerikil, tapi kami ga begitu capek soalnya cukup cepet ke puncak 2 dari puncak 1, hanya 30 menitan. Ada dua jalur untuk menuju puncak 2, bisa lewat kiri dengan pemandangan kawah Guntur dan bisa lewat kanan dengan pemandangan Gunung Masigit. kemarin kami pilih jalur kiri.
View dari puncak 2 |
Kami akhirnya sampai di puncak 2 setelah 30 menit berjalan dari puncak 1. Puncak 2 itu terdapat tugu GPS dan plang Gunung Guntur 2249 Mdpl tapi kami ga sempet foto tugu dan plangnya keburu gerimis huhu. Padahal, katanya puncak tertinggi gunung ini di puncak 3. Nah sesampainya di puncak 2, kami istirahat dulu sambil nelihat pemandangan Kota Garut, Gunung Galunggung, Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, dan kawah Gunung Guntur. Berfoto berduabelas sebentar. Kami tim cewek udah gak ada rencana untuk lanjut ke puncak 3, soalnya udah gempor banget coy! Hehe gerimis juga.
Tugu GPS di Puncak 2 (Source : Google) |
FYI aja guys, Gunung Guntur punya 4 puncak, dan yang tertinggi adalah puncak 3 dengan nama Top Guntur.
Setelah puas menikmati panorama yang
indah dari puncak 2, tepat jam 10an pagi
kami turun ke puncak 1 , jangan tanya susah ga pas turun heuh susah banget
sampe berkalikali jatoh dan terluka (kaya hati) ehmaap. Haha akhirnya karena
capek jatuh mulu aku nanya caranya biar ga jatuh terus gimana ke aa-aa yang
kebetulan lewat lagi turun juga, akhirnya dikasih saran katanya pake tumit
terus dipinjemin tracking poll juga! (kata aa yang minjemin nanti ketemu
dibawah) Rejeki anak yang ga sholehah-sholehah banget lah ya, alhamdulillah
beneran gak jatuh lagi berkat tumit dan tracking poll guys!
Kami terpisah rombongan lagi wkwk yang
berlima udah turun duluan langsung ke Pos 3 sedangkan kami bertujuh ngetem di
Puncak 1 sampai sekitar jam 12 nunggu langit cerah sambil dengerin lagu,
ngobrol, rebahan (aku doang inimah) haha.
Ngetem di Puncak 1 |
Setelah dirasa cukup puas berfoto sekitar
jam 12 kami memutuskan untuk turun ke Pos 3.
Nah yang paling ngeri dari gunung ini
selain jalur ke puncak agak rusuh, jalur turunnya lebih susah naudzubillah!
Kalo pas naik kami memperjuangkan supaya gak capek, nah kalo turun kami
memperjuangkan supaya gak jatuh, guling-guling, sepatu jebol, atau celana
robek. Kalo turun dari gunung ini, pake jalur yang tengah, jalurnya berpasir
kerikil agak dalem di awal-awal, Tapi
pas udah deket pos 3, perlahan berbubah menjadi pijakan tanah tipis berbalut
kerikil dan pasir . Kewaspadaan sama ga ngebut-ngebutan sangat mutlak biar gak
bonyok hehe.
Track turun Gunung Guntur |
Akhirnya kami sampai lagi di tenda
setelah 30 menit turun, Alhamdulillah! Sepatu pinjeman itu gak jebol, Cuma
puluhan kali nguras kerikil dari sepatu aja. sadis bener deh turun dari puncak
1 Guntur ke pos 3.
lagi nguras kerikil di sepatu :( |
Kami masak mie dan sholat dulu sebelum turun dan packing. Tepat jam
setengah 2 siang kami turun dari pos 3 Guntur, dan ada drama aku sama kania
ketinggalan rombongan lagi wkwkwk gapaham dah. Kami turun tetap ada istirahat
sih tapi ga pake lama, cuma mampir di
ibu warung dekat pos 1 aja makan gorengan. singkatnya 2 jam turun kami pun tiba
di Basecamp Bu Tati kembali dengan keadaan selamat dan kaki pegal-pegal. Hehe
Alhamdulillah!
Sebelum ke terminal kami rehat dan bersih-bersih sampai habis maghrib. Singkat cerita kami ke terminal menggunakan kolbak lagi walaupun gerimis hajar aja haha seseru itu perjalanan.
Awalnya kami memutuskan untuk makan
nasi padang dulu sekitar terminal, Cuma karena bundahara (aku) yang takut
ketinggalan kereta dari Bandung ke Jakarta akhirnya mengurungkan niat dan
langsung naik ke bus menuju Bandung. Sampai di Terminal Cicaheum Jam 10 malam
sedangkan keretaku 22.3o!!! sumpah udah shock terapi banget haha sampe terminal
langsung ngegojek dan minta abangnya ngebut sengebut-ngebutnya ngejar kereta
:’) alhamdulillah kekejar dengan modal lari sisa tenaga Guntur haha.
Btw,
aku ningalin beberapa barang di kosan dan rumah temenku.ya daripada
orangnya yang ketinggalan terus besoknya gak masuk kerja mending ninggalin barang-barangnya di Bandung lah
gampang kan bisa dipaketin.
Kereta udah jalan pas jam 22.30. ALHAMDULILLAH
BANDUNG-GARUT KELAR BESOKNYA LANGSUNG KERJA LAGIIIIIIIIII.
Nah itu dia cerita #BukanTraveller
melakukan pendakian pertama ke Gunung Guntur yang aku rasa random banget tapi
gak apa-apa yang penting bisa menambah referensi kalian yang ingin mendaki Gunung
Guntur. salam lestari dan salam #BukanTraveller!
Terima kasih Guntur!
Budget ke Gunung
Guntur :
Angkot kosan – Terminal Cicaheum Rp. 4.000
Bus
Terminal Cicaheum - Pom Bensin Tanjung
Rp. 25.000
Pickup Pom Bensin Tanjung - Basecamp Bu Tati
Rp. 20.000
Simaksi :
Registrasi awal (Sukarela) Rp. 5.000
Pos 1 – Pelaporan Rp. 15.000
Logistik Patungan Rp.70.000
Pickup Basecamp - Terminal Guntur (pulangnya)
Rp. 25.000
Bus Terminal Guntur Garut - Terminal Cicaheum
Rp. 25.000
TOTAL : Rp. 189.000